Untuk teman-teman yang selalu ragu untuk traveling.
Kunasehati kau teman, jika kau muslim maka akan kubuka
dengan pertanyaan, berapa lama Nabi Adam melakukan perjalanan untuk bertemu
Siti Hawa setelah mereka turun ke bumi? Maka kau harus tahu, salah satu fitrah
pertama manusia sejak mereka ada di muka bumi adalah melakukan perjalanan.
Maka kenapa kau ragu untuk melakukan perjalanan? Uang,
waktu, resiko? Itu sesuatu yang harus kamu hadapi, jangan hidup dalam tempurung,
toh kata orang hidup perjalanan bukan? Dari kamu lahir sampai kamu mati. Iya
bukan?
Junjungan kita, Rasulullah SAW pun melakukan hijrah. Dia
meminta ummatnya hijrah, lalu ummatnya pun berhijrah, ke Habasyi, ke Madinah.
Rasulullah SAW menegakkan keislaman dengan berhijrah. Bukankah hijrah juga
termasuk perjalanan? Dalam kitab suci pun ada beberapa kalam yang meminta
manusia agar melakukan perjalanan supaya mereka lantas bisa berpikir. Aku
kutipkan satu diantaranya :
Maka apakah mereka
tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka
dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar?
Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati
yang di dalam dada. QS 22 : 46
Duhai temanku, aku tak hendak mengajarkan makna ayat
tersebut padamu. Soal tafsir ayat kitab suci bukan kompetensiku. Tapi aku
jelaskan padamu begini aku memaknai ayat suci tad. Ayat ini mengajak kita,
manusia untuk berpikir setelah melakukan perjalanan, melihat banyak hal,
melihat dengan hati, membuka telinga lebar-lebar untuk mendengar, menyerap
banyak hal. Bagiku, ayat ini juga meminta manusia agar tidak sampai hatinya
buta. Agar manusia banyak belajar tentang banyak hal, tentang apa yang ia temui
di perjalanan, semata-mata untuk menemukan makna dari ayat-ayat Tuhan.
Entahlah teman, ada banyak tipe perjalanan dan bisa jadi
setiap manusia memiliki pemaknaan yang berbeda. Yang membedakan adalah apa yang
kamu dapat di tiap perjalanan. Ibnu Battutah sekian puluh tahun melakukan
perjalanan, apa yang didapatkan? sekumpulan karya pengetahuan yang amat penting
untuk generasi penerus. Battutah-lah yang kemudian dikenal sebagai penjelajah
muslim paling agung.
Lain dengan Wallace, dia berkeliling kepulauan Nusantara,
masuk – keluar hutan, bolak-balik diserang Malaria. Pada akhirnya dia memetakan
kultur budaya, geografi, sampai flora dan fauna di kepulauan Nusantara. Kerja
tekunnya menghasilkan buku Malay Archipelago dan pemetaan flora – fauna di
Kepulauan Nusantara mengantarkannya pada garis khayal pembeda tipe Asia dan
Australia, yang lalu disebut dengan namanya
garis Wallace.
Jika ilmu pengetahuan yang sekarang, sebagian diwariskan
oleh orang-orang yang melakukan perjalanan. Tidakkah kamu berpikir bahwa
perjalanan adalah cara untuk mendapatkan ilmu?
Perjalanan tidak akan pernah merugikan. Uang? Bisa dicari
lagi karena rezeki sudah pasti. Tapi waktu dan kesempatan tidak datang dua
kali. Jangan sampai kau menyesal tak pernah melakukan perjalanan. Jangan
termasuk dalam orang-orang yang merugi karena hidup bak katak dalam tempurung,
hidup dalam kemasygulan atas kekhawatiran yang kamu ciptakan sendiri.
Teman, lepas egomu sebentar, tinggalkan kenyamanan dalam
hidupmu dalam beberapa hari dan berjalanlah keluar. Jadilah pejalan,
menderitalah dalam perjalanan, bergaullah dengan siapapun yang kamu temui di
jalan, berkorbanlah sedikit uang dan rogoh sedikit dompetmu. Kujamin tidak akan
ada penyesalan, semua pengorbanan yang kau lakukan akan dibalas dengan kekayaan
jiwa yang tak akan ternilai dengan uang berapapun yang kamu miliki.
Jangan iri dengan mereka yang sering melakukan perjalanan,
sering traveling ke berbagai penjuru. Sebagai temanmu, kuberi nasehat, semakin
kau iri, mereka akan semakin jauh berkelana. Kemaslah kopermu atau panggullah
tas punggungmu. Keluarlah dari zona nyamanmu, karena dunia yang sesungguhnya
terletak selangkah di luar zona nyamanmu.
Perjalanan tidak akan pernah merugikan, perjalanan akan
mengajarkanmu bagaimana kehidupan yang sesungguhnya, perjalanan akan membukakan
matamu tentang apa yang terjadi di luar sana, perjalanan akan membuat hatimu
peka terhadap hal-hal baru dan perjalanan pula yang akan membuat nalarmu
berkembang, membuatmu menjadi seseorang yang berwawasan luas.
Lambat laun kamu akan mengerti teman, bagaimana perjalanan
mengajarkanmu banyak hal. Bagaimana perlahan kamu akan merasakan bagaimana
sikapmu akan berubah saat memandang sesuatu. Perlahan kamu akan mulai tidak
memandang sesuatu sebagai stereotipe, lama-lama kamu akan mengerti bagaimana
melihat sesuatu dari 2 sisi. Pelan tapi pasti,
kamu akan paham kenapa banyak pejalan yang kemudian mengeluarkan
pendapat yang beragam. Dari situ kamu belajar bagaimana menghargai orang,
menghargai perjalanan.
Traveling tidak harus mahal, bahkan dengan 10 persen gajimu
pun kamu sanggup. Belenggu pikiranmu sendiri yang membuatmu tak sanggup. Jangan
pernah bicara soal uang jika kamu ingin traveling, tapi bicaralah soal
bagaimana pengalaman yang kamu dapatkan setelah traveling. Jangan bicara kamu
tidak punya waktu, tapi bicaralah bagaimana kamu akan menikmati waktu
travelingmu. Percayalah, sesal di belakang tak ada guna, sesal tak traveling
adalah sesal yang tak terkira, karena sesungguhnya, kamu masih muda, punya
waktu dan ada uang.
Kamu boleh bilang banyak baca buku, buku jendela duniamu.
Tapi sampai kapan kamu akan melihat dunia dari balik jendela? Tidakkah kau
berkaca teman, bahwa dunia sesungguhnya ada di luar jendela? Maka keluarlah dan
lihat dunia baik-baik. Apakah sesuai dengan buku yang kau baca? Atau berbeda?
Dari situ kau akan tahu teman, bahwasanya dunia yang sesungguhnya mengajarkan
apa yang tidak buku paparkan.
Teman, ketahuilah jangan pandang segala sesuatu dari dirimu
sendiri. Karena sesungguhnya kamu tidak tahu hidup seperti apa yang pejalan
lakukan. Mungkin di matamu, mereka adalah kaum yang tak memikirkan masa depan
dan menghamburkan uang. Tapi kelak kamu akan sadar jika kamu sudah melakukan
perjalanan, kaum pejalan adalah justru pengejar kebahagiaan yang tidak peduli
nilai uang. Bukankah itu kebahagiaan sejati teman? Kebahagiaan atas segala
sesuatu yang tak ternilai dengan uang berapapun.
Tapi mari kita berpikir, perjalanan adalah soal prioritas.
Ini nasehat utamaku. Jangan heran karena banyak yang melakukan perjalanan
sebagai prioritas, bukan karena mereka banyak uang, tapi karena mereka ingin
hidup dan belajar hidup yang sesungguhnya. Karena mereka sadar dunia ini luas
untuk dikunjungi dan sebagian dari mereka berkelana untuk benar-benar bersyukur
atas nikmat-Nya.
Teman, tidakkah kau bayangkan, di masa tuamu nanti, kamu
dengan penuh senyum membelai rambut cucumu, dengan senyumanmu yang sudah kisut
dan rambutmu yang memutih. Dengan suara lirih kamu bercerita pada cucumu
tentang kisah perjalanan di masa mudamu, dan membuat cucumu bangga punya kakek
sepertimu. Lalu dia akan mengikuti jejakmu, menjadi pejalan dan menjadi orang
bijak yang belajar banyak hal.
Aku bicara sebagai sahabat, kunasehati kamu teman.
Luangkanlah sedikit waktu mumpung masih mampu, sempatkanlah sebentar saja.
Travelinglah sekarang dan simpan banyak cerita untuk anak cucumu. Jangan kau
berseloroh dengan alasan hal ini itu atau iri dengan yang lain. Travelinglah
untuk memperkaya jiwamu serta memperbanyak ilmu.
Artikel dikutip dari lapak agan efenerr
Pic dicomot dari mbah gugel
Sumur