MENULIS, BERAWAL DARI SEBUAH STATUS


Tak perlu ditanya lagi keberadaan media sosial seperti twitter,facebook, myspace maupun forum atau komunitas virtual yang ada si dunia maya membawa dampak besar bagi kita semua.



Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.

Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content".*

Ane potong tentang media sosial disini. Agan bisa simak lebih lanjut di lapak sebelah.

Ketahuilah bahwa seseorang dalam sehari bisa menulis status di media sosial lebih dari sekali. Antusiasme dalam menulis status sangat tinggi bahkan bagi orang awam. Dimulai dari kata-kata bijak, puisi , prosa, lelucon maupun sesuatu yang berbau sara dapat mereka tulis setiap saat dan dimana pun mereka berada.

Keberadaan media sosial menjadi salah satu sasaran mereka dalam mengekspresikan emosi dan perasaan dalam bentuk tulisan yang kemudian dilayangkan dalam media sosial hingga dapat dibaca oleh umum. Jika dipertegas mereka sedang menunjukkan keberadaan mereka ke khalayak ramai. Dengan demikian hal tersebut merupakan poin penting alasan mereka menulis status.

Tentu saja dalam mengungkapkan ekspresi mereka butuh ketrampilan dalam menulis. Ane yakin dalam membuat seonggok status pasti akan agan perhatikan baik-baik tulisan tersebut, semisal bagaimana caranya tulisan itu dapat tersampaikan maksudnya, tentang pemilihan dan susunan kata, menarik tidaknya tulisan tersebut, tentunya banyak faktor yang diperhitungkan hingga tulisan tersebut bertransformasi menjadi seonggok status.

Lalu setelah menulis status sebagai sebuah kebiasaan, apakah perlu ada alasan lain dalam menulis selain sebagai sebuah hasrat maupun ekspresi diri? Perlukah kita mengembangkan diri kita dalam alasan untuk menulis? Untuk apa kita menulis? Sebagai media pengenang suatu kejadian, sebagai sebuah pembelajaran atau pekerjaan, atau pada tingkat tertinggi alasan kita menulis, menulis itu bukan untuk siapa-siapa, menulis itu bukan untuk apa-apa.


Jadi pada kesimpulannya tidak perlu satu alasan apapun untuk menulis, karena itu teruslah menulis. 


* Kaplan, Andreas M.; Michael Haenlein (2010) "Users of the world, unite! The challenges and opportunities of Social Media". Business Horizons 53(1): 59–68.


0 komentar:

Posting Komentar