SINETRONG MBAH HARI

AKU MELEPASMU DAN ...


Mendung. Tetesan air tergerus angin singgah di paru-paruku. Diam, bisu, termenung, bersandar mencari matahari yang absen di horizon langit. Bayangan masa lalu singgah di ubun-ubun kepala, mencari tempat memutar dokumenter lawas.

Kulihat di hp jadulku, namamu yang tersusun dari akhir dan awalan huruf abjad membuat aku menyeringai bahagia. Aku tunggu beberpa detik penantian dengan memandang namamu dan kujawab panggilanmu dengan salam “ halo assalamu’alaikum”. Terdengar lirih bercampur obat penawar rindu dilayangkan bersama suaramu, “wa’alaikumussalam, ini aku mas” jawabnya.

Basa-basi sebagai awal pembicaraan, bertanya kabar seakan terpisah ruang dan waktu berjuta tahun cahaya. Kubalas kata-katamu yang tidak berarti itu dengan senyuman, rasa bahagia ini terus bocor walau dibendung dengan perkataan mubazirmu. Aneh. Kamu diam sejenak. Aku bisu. Sunyi.

“hari ini aku dilamar mas” lirih. ...


Tanpa sadar mulut ini berucap, “Alhamdulillah,...bagus itu”. Lagi. Diam sejenak bagai iklan dalam tayangan sinetrong. “hm gitu ya,...” jawabnya. Tersesat dalam pemikiranku apa yang diharapkan dari ucapannya. Sederhana. Mudah. Dukungan. Dia bahagia begitupun denganku berharap menular. Kuyakinkan dia untuk menerimanya. Kupencundangi diriku dengan mulutku didepanmu. Kubandingkan si bungkuk ini dengan kegagahan sang pangeran. Sakit. Hina. Tidak! Aku butuh bahagiamu. Walau dengan makhluk lain. Ucapan terima kasih menjadi batas pertemuan dan kata terakhir darinya. Hingga kini. Sekarang, dan nanti?

Kini. Waktu ini dan nanti aku menunggu kabarmu. kabar bahagia yang akan kau layangkan padaku. Ketika kau seutuhnya menjadi wanita yang dicintai. Ketika tidak ada seonggok pria yang dapat membuat mata dan hatimu iritasi. Ketika dirimu terbelenggu dalam sangkar suci yang terikat pada sang Ilahi.

Aku bahagia. Senyumku kembali. Terbang melewati candu pemikiran yang berkecamuk dalam rasa suka cita. Ketika namamu muncul dilayar hp jadulku, namamu yang tersusun dari akhir dan awalan huruf abjad. Apapun kabarnya, apapun alasanya.

Aku berharap itu...

Tertanam. Menancap kekar kebohongan yang berselimut harapan itu. Tanpa tanggal kadaluarsa, dan tak terurai waktu dan ruang, serta emosi. Terombang ambing dalam optimisme yang tak bertunas. Seperti berjalan tanpa awalan dan akhir. Diam. Bodoh.

Kenangan , tak terulang oleh waktu. Habis masa di masa lalu. Kini hanya tersisa warna kelabu. Dan harapan debu. Namun bukan palsu. Berserah pada masa mudaku. Kini aku harus melangkah lebih maju, hati ini. Membuka pintu arti kehidupan baru. Namun bukan awal bagiku.

Aku beranjak. Pintu terbuka. Hanya untukku. Oleh makhluk yang bukan dirimu. Dan ini giliranku. Inilah awal kisahku. Aku masuk dan kuletakkan beban ditangan dan pundakku. Aku kunci pintu dari dalam hingga tak nampak lagi dunia luar.

Bergegas,....aku mandi, karena banyak yang sedang mengantri.



[Aku Melepasmu dan Akhirnya Mandi oleh Kihari]

[[Tamat]]

0 komentar:

Posting Komentar